Lima Kerajaan di Benua Afrika Jadi Pelopor Perkembangan Islam

Raja-raja di belahan lain Benua Afrika mulai menerima kaum Muslim dan memeluk Islam. Rep: Fuji Eka Permana/ Red: Muhammad Hafil Masjid Nasional Nigeri di Abuja, Nigeria.
Foto: Flickr.com
Masjid Nasional Nigeri di Abuja, Nigeria.

 Setelah Islam berkembang di kawasan sub-Sahara yakni di wilayah Afrika Utara, raja-raja di belahan lain Benua Afrika mulai menerima kaum Muslim dan memeluk Islam. Banyak raja-raja di Benua Afrika memeluk Islam dan mengubah kerajaannya menjadi kerajaan Islam.

Dengan munculnya dinasti-dinasti Islam, perkembangan Islam dan peradabannya semakin pesat di kawasan Afrika Barat. Berikut ini lima kerajaan atau dinasti pertama yang memeluk Islam di Benua Afrika khususnya Afrika Barat.

  Kekaisaran Ghana

Salah satu kerajaan pertama yang bisa menerima Islam di Afrika Barat adalah Kekaisaran Ghana tahun 830-1235 M. Kerajaan itu berada Mauritania dan Mali bagian barat. Keberadaan Kekaisaran Ghana sempat ditulis oleh geografer Muslim bernama al-Bakri dalam kitab Fi Masalik wal Mamalik, dikutip dari buku Perkembangan Islam Global.

Menurut al-Bakri, pada 1068 M Kerajaan Ghana telah mencapai kemajuan. Secara ekonomi, negara itu begitu kaya dan makmur. Raja Kekaisaran Ghana sudah mempekerjakan Muslim sebagai penerjemah. Sebagian besar menteri dan bendahara negara adalah umat Islam.

Al-Bakri melukiskan perkembangan Islam di Kekaisaran Ghana pada abad ke-11 M dengan seuntai kata. Kota Ghana memiliki dua kota yang terletak pada sebuah dataran, salah satunya dihuni umat Islam dalam jumlah yang banyak. Komunitas ini memiliki 12 masjid yang biasa digunakan untuk sholat Jumat. Setiap masjid memiliki imam, muazin, serta para pembaca Alquran. Kota Muslim itu banyak memiliki ahli hukum, pengacara, dan orang- orang pintar.

Dinasti Za di Gao

Dinasti Za berbasis di Kota Kukiya dan Gao di Sungai Niger River sekarang dikenal sebagai Mali modern. Dinasti itu didirikan Za Alayaman pada abad ke-11 M. 

Pendiri kerajaan itu berasal dari Yaman dan menetap di Kota Kukiya. Dinasti itu berubah menjadi kerajaan Islam setelah pada 1009-1010 M, Za Kusoy penguasa ke-15 memeluk Islam. Kerajaan itu ditaklukkan Kekaisaran Mali pada awal abad ke-13 M.

Kekaisaran Mali

Menurut sejarawan Margari Hill dari Stanford University, Kerajaan Mali didirikan oleh Raja Sunjiata Keita. Ia bukanlah seorang Muslim. Raja Mali pertama yang masuk Islam adalah Mansa Musa (1307-1332). 

Mansa Musa menjadikan Islam sebagai agama resmi kerajaan. Di era kepemimpinan Mansa Musa, Kekaisaran Mali mengalami masa keemasan. Pada 1325 M, Timbuktu mulai dikuasai Kaisar Mali, Mansa Mussa (1307- 1332). 

Raja Mali yang terkenal dengan sebutan Kan Kan Musa itu begitu terkesan dengan warisan Islam di Timbuktu. Sepulang menunaikan haji di Makkah, Sultan Musa membawa seorang arsitek terkemuka asal Mesir bernama Abu Es Haq Es Saheli. Sang sultan menggaji arsitek itu dengan 200 kilogram emas untuk membangun Masjid Jingaray Bermasjid untuk sholat Jumat.

Sultan Musa juga membangun istana kerajaannya atau Madugu di Timbuktu. Kesuksesan yang dicapai Timbuktu membuat seorang kerabat Sultan Musa, Abu Bakar II, menjelajah samudra dengan menggunakan kapal. Abu Bakar dan tim ekspedisi maritim yang dipimpinnya meninggalkan Senegal untuk berlayar ke Lautan Atlantik. Pangeran Kerajaan Mali itu kemungkinan yang menemukan benua Amerika. Hal itu dibuktikan dengan keberadaan bahasa, tradisi, dan adat Mandika di Brasil.

Kekaisaran Songhay

Islam mulai menyebar ke wilayah Kekaisaran Songhay pada abad ke-11 M. Negara Songhay sangat kaya karena pengaruh perdagangan dengan Gao. Pada abad ke-13, kerajaan itu sempat dikuasai Kekaisaran Mali. Namun, pada akhir abad ke-14 bisa melepaskan diri ketika dipimpin oleh Sunni Ali. 

Di bawah kepemimpinan Raja Sunni Ali, pada periode 1464-1492 wilayah barat Sudan pun sempat dikuasai Kekaisaran Songhay. Kota Timbuktu dan Jenne yang dikenal sebagai pusat peradaban Islam juga dikuasai Sunni Ali pada 1471-1476.

Sunni Ali adalah seorang Muslim. Namun, ia tetap mempraktikkan tradisi lokal dan magis. Ia kerap menghukum ulama dan cendekiawan Muslim yang mengkritisinya karena mempraktikkan kepercayaan pagan. Umat Islam dan ulama Muslim di Timbuktu bergembira setelah Sunni Ali meninggal.

Dinasti Asykiya

Pemimpin awalnya Sunni Barou. Aski Muhammad Toure (Towri) seorang jenderal Songhay, meminta Barou untuk mengucap sumpah dengan cara Islam sebelum memimpin kerajaan, namun dia menolaknya. 

Muhammad Toure menggulingkannya dan mendirikan Dinasti Askiya. Pada masa kepemimpinan Muhammad Toure, Islam kembali berjaya. Ia menerapkan hukum Islam, juga melatih dan mengangkat hakim-hakim baru. 

Muhammad Toure melindungi dan membiayai para ilmuwan, ulama, dan cendekiawan Muslim. Mereka yang berprestasi dalam bidang intelektual dan agama diberi hadiah yang melimpah.

Sultan Muhammad Toure pun sangat dekat dengan ulama dan cendekiawan terkemuka Muhammad al-Maghilli. Sang sultan juga mendukung pengembangan Universitas Sankore universitas Islam pertama di Afrika Barat. Sama seperti Mansa Musa Sultan Mali, Muhammad Toure juga sempat menunaikan ibadah haji ke Makkah. 

Muhammad Toure dikenal memiliki kedekatan dengan ulama dan penguasa di negara-negara Arab. Di Makkah, ia disambut penguasa Arab. Ia juga mendapat hadiah pedang dan gelar Khalifah Sudan Barat. Sekembalinya dari Makkah pada tahun 1497, ia menggunakan gelar al-Hajj pada namanya. Rol

No comments: