Raja-Raja Muslim di Nusantara Gigih Hadapi Penjajah
Teks Carita Purwaka Caruban Nagari menyebutkan, Sunan Gunung Jati memiliki 98 orang murid. Dengan pendekatan yang simpatik, mereka berhasil mengajak tokoh-tokoh penting di Banten untuk mengucapkan dua kalimat syahadat. Termasuk di antaranya adalah bupati setempat.
Masalah mulai muncul pada 1522. Seperti dipaparkan Prof Haji Abdul Malik Karim Amrullah (Hamka) dalam bukunya, Sejarah Umat Islam, Kerajaan Pajajaran menguasai sebagian besar wilayah Banten, termasuk bandar-bandar penting semisal Sunda Kelapa, Pontang, Cikandi, Tangerang, dan Cimanuk.
Eksistensi negara Hindu tersebut bukanlah ancaman sampai ketika rajanya bersekutu dengan Portugis melalui Perjanjian Padrong. Salah satu butir kesepakatan itu mengizinkan Portugis untuk mendirikan benteng di Sunda Kelapa.
Kontan saja langkah Pajajaran itu menuai kecaman. Pendirian Benteng Portugis itu sesungguhnya dapat menjadi celah penguasaan bangsa Eropa atas seluruh Jawa. Oleh karena itu, raja-raja Muslim bertekad mengusir penjajah dengan kekuatan militer.
Sebelumnya, pada tahun 1511 armada Alfonso de Albuquerque telah menaklukkan Bandar Malaka dan Pasai.
Dengan penaklukan itu, jalan Portugis untuk memonopoli perdagangan rempah-rempah di Nusantara kian mulus.Rol
No comments:
Post a Comment