Ulama Saudi, Seruan Jihad Membela Palestina Tahun 1937

Seruan jihad dan pembelaan ulama Saudi terhadap Palestina tahun 1937/Majalah Pedoman Masjarakat , No. 34, III/8 September 1937
Dukungan para ulama Saudi terhadap perjuangan Palestina dilandasi semangat jihad yang tercermin dalam surat-surat yang mereka kirimkan kepada Raja Abdul Aziz

PADA tahun 1937, dunia Islam dikejutkan oleh rencana Inggris untuk membagi wilayah Palestina dan memberikan sebagian besar tanah subur kepada kaum Yahudi.

Kebijakan ini bukan hanya menciptakan ketegangan di tanah Palestina, tetapi juga memicu gelombang protes di kalangan ulama Islam di seluruh dunia, termasuk para ulama Saudi.

Majalah Pedoman Masjarakat (No. 34, III/8 September 1937/2 Rajab 1356) yang dipimpin oleh Buya Hamka memuat liputan khusus tentang reaksi dunia Islam terhadap situasi tersebut.

Para ulama Saudi yang berasal dari wilayah-wilayah seperti Riyadh, Makkah, Madinah, dan Najd bersatu menyuarakan penolakan keras mereka terhadap rencana tersebut, menyebutnya sebagai ancaman bagi agama, kehormatan, dan tanah suci Islam.

Para ulama Saudi mengirimkan surat tegas kepada Raja Abdul Aziz Ibn Saud, menyerukan agar beliau bertindak tegas menentang pembagian Palestina.

Para ulama menyampaikan bahwa membiarkan Inggris mendirikan negara Yahudi di tanah Islam adalah tindakan yang melanggar ajaran agama dan akan membawa ancaman besar bagi umat Islam.

Dalam surat tersebut, tertulis kalimat penuh ketegas:

“Menegakkan kekuasaan Yahudi di negeri Islam adalah kebohongan yang batil dan haram, yang membawa bahaya besar kepada Islam dan para pemeluknya.” Mereka menegaskan bahwa membiarkan tanah Palestina terbagi sama saja dengan membiarkan kesucian Islam ternoda.”

Para ulama juga melihat rencana ini sebagai perwujudan dosa terbesar dalam sejarah penjajahan Inggris, yang diungkapkan dengan tajam oleh seorang cendekiawan Mesir bernama Almazini.

Bagi para ulama Saudi, penguasaan Yahudi atas wilayah Palestina bukan hanya sekadar penindasan terhadap bangsa Arab, tetapi juga ancaman terhadap hak umat Islam secara keseluruhan.

Mereka mengingatkan bahwa pembagian Palestina adalah bentuk ketidakadilan besar yang tidak akan pernah diterima oleh bangsa Arab maupun umat Islam. Mereka dengan keras menolak ide bahwa bangsa Yahudi akan diizinkan berdaulat di wilayah yang disucikan dalam Islam.

Dukungan para ulama Saudi terhadap perjuangan Palestina juga dilandasi semangat jihad yang tercermin dalam surat-surat yang mereka kirimkan kepada Raja Abdul Aziz.

Para ulama ini mengutip ayat-ayat Al-Qur’an untuk mempertegas pandangan mereka dan menggerakkan semangat para pemeluk Islam.

Ayat Al-Qur’an yang mereka kutip berbunyi: “Kalau kamu menolong Allah, Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.”

Kutipan ini menjadi seruan bahwa perjuangan mempertahankan Palestina adalah bagian dari jihad yang harus dipertahankan dan diikuti oleh setiap Muslim yang memiliki kesetiaan kepada agama dan keadilan.

Para ulama Saudi juga memperingatkan bahwa jika Palestina jatuh ke tangan bangsa Yahudi, maka kesucian tempat-tempat yang dihormati umat Islam akan terancam.

Tak hanya itu, mereka juga menyerukan kepada umat Muslim di berbagai negara untuk bersatu dalam solidaritas membela hak bangsa Palestina.

“Tidak ada Muslim sejati atau bangsa Arab yang akan setuju dengan pembentukan negara Yahudi di Palestina,” ujar para ulama Saudi dengan lantang.

Mereka berkeyakinan bahwa tindakan mempertahankan Palestina bukan sekadar perjuangan untuk bangsa Arab, tetapi juga untuk menjaga kesucian agama Islam di tanah yang diberkahi Allah.

Semangat para ulama Saudi dalam membela Palestina tidak hanya tercermin dalam kata-kata mereka, tetapi juga dalam seruan yang mengajak umat Muslim di seluruh dunia untuk bangkit dan berjihad.

Seruan ini menggema ke seluruh pelosok wilayah Saudi, dari Najd hingga Hijaz, menggugah seluruh umat untuk berkomitmen dalam mempertahankan Palestina.

Para ulama Saudi juga menyadari bahwa penindasan ini bukan hanya sebuah insiden geopolitik, tetapi bagian dari konspirasi yang ingin mengusik ketenangan dan kehormatan umat Islam.

Mereka melihat bahwa tindakan Inggris merupakan tantangan langsung terhadap persatuan dan kesucian dunia Islam yang tak boleh dibiarkan.

Lebih dari sekadar kata-kata, surat para ulama Saudi kepada Raja Abdul Aziz menjadi simbol kesatuan dunia Islam yang menggetarkan.

Para ulama Saudi, dengan menggunakan pengaruh dan kepercayaan yang mereka miliki, berhasil menyatukan suara dan semangat dunia Islam dalam membela hak bangsa Palestina.

Di balik kata-kata mereka tersirat pesan bahwa mempertahankan Palestina adalah bagian dari ibadah dan bentuk ketakwaan yang akan terus mereka perjuangkan.

Dengan semangat jihad, mereka berdiri teguh melawan ketidakadilan yang dilakukan Inggris dan bersumpah untuk terus menjaga kehormatan tanah suci hingga titik darah penghabisan.*/ Mahmud Budi Setiawan

No comments: