Walisongo Bawa Kesultanan Demak Gantikan Kejayaan Majapahit di Nusantara

Raden Patah berhasil membangun kejayaan Demak dan mengokohkan pengaruh Islam. Rep: Muhyiddin/ Red: A.Syalaby Ichsan Napak Tilas Kesultanan Demak (Ilustrasi)
Foto: ANTARA/Anis Efizudin
Napak Tilas Kesultanan Demak (Ilustrasi)
Kesultanan Demak adalah kerajaan Islam pertama dan salah satu yang paling berpengaruh di pulau Jawa pada abad ke-15 hingga ke-16. Berdiri di atas reruntuhan Kerajaan Majapahit, Demak memainkan peran penting dalam penyebaran Islam di Jawa dan wilayah sekitarnya. 

M Jadul Maula dalam buku Islam Berkebudayaan: Akar Kearifan Tradisi, Ketatanegaraan, dan Kebangsaan,  menjelaskan, berdirinya Kesultanan Demak pada akhir abad ke-15 merupakan momentum penting dalam konteks pertemuan budaya antara kawasan Arab dengan Jawa.

Kesultanan Demak yang dibangun oleh para Walisongo segera mengambil langkah-langkah strategis untuk mengembangkan agama Islam sekaligus membangun kembali peradaban Jawa yang kala itu sedang runtuh.

Demak didirikan oleh Raden Patah, seorang raja yang memiliki hubungan darah dengan penguasa Majapahit. Di bawah kepemimpinannya, Raden Patah berhasil membangun kejayaan Demak dan mengokohkan pengaruh Islam setelah keruntuhan Majapahit.

photo
Pengunjung berada di halaman Masjid Agung Demak, Jawa Tengah, Kamis (31/3/2022). - (Antara/Andreas Fitri Atmoko)

Salah satu faktor utama yang membuat Demak kuat adalah dukungan dari Walisongo, sembilan ulama besar yang berdakwah di Jawa. Mereka memainkan peran penting dalam menyebarkan ajaran Islam melalui pendekatan yang adaptif, menggabungkan elemen budaya lokal dengan nilai-nilai Islam, sehingga Islam diterima secara luas di masyarakat Jawa.

Kerajaan Demak juga dikenal dengan kekuatan maritimnya. Pada masa kepemimpinan Sultan Trenggana, Demak melakukan berbagai ekspansi militer untuk memperluas wilayahnya dan menyebarkan pengaruh Islam.

Ekspedisi ke Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku dilakukan untuk menaklukkan kerajaan-kerajaan kecil dan mengamankan jalur perdagangan. Bahkan, Demak berusaha untuk mengusir kekuatan kolonial Portugis yang telah mulai menguasai Malaka pada awal abad ke-16.

Meruntuhkan Majapahit

Meskipun Majapahit telah melemah sejak akhir abad ke-14, Kesultanan Demak dianggap sebagai salah satu kekuatan yang secara efektif menghancurkan sisa-sisa kekuasaan Majapahit.

Ketika Raden Patah mendirikan Demak, Majapahit mengalami perpecahan internal. Banyak daerah kekuasaannya yang memisahkan diri. Kemenangan Demak atas Majapahit diiringi dengan masuknya pengaruh Islam yang lebih kuat di Jawa, menggantikan agama Hindu-Buddha yang sebelumnya dominan.

Periode 1478-1527 M merupakan masa di mana Majapahit di bawah kekuasaan Kerajaan Islam Demak. Dalam periode ini, segala urusan perpolitikan di Majapahit diatur oleh Demak, baik urusan yang menyangkut dalam negeri maupun luar negeri. Hal tersebut sangat berpengaruh dalam kehidupan kerajaan Majapahit, sehingga Majapahit mengalami kehancuran akibat intervensi yang berlebihan dari Demak.  

Dalam penelitian berjudul Peran Demak Terhadap Runtuhnya Majapahit (1478-1527), Mas'ud Rofiqi menjelaskan beberapa faktor yang menyebabkan Majapahit semakin menuju pada jurang kehancuran, baik fakfor internal maupun eksternal. 

Faktor internalnya adalah terjadi perebutan kekuasaan, semakin lemahnya perekonomian dan lepasnya beberapa daerah yang dahulu di bawah naungan Majapahit. Sedangkan faktor eksternalnya adalah hilangnya sumber penghasilan, akibat direbutnya beberapa bandar dagang yang dimiliki Majapahit, yang berakibat pada semakin lemahnya perekonomian di Majapahit. 

Selain itu, kehancuran terjadi karena adanya intervensi Demak terhadap Majapahit yang semakin mendukung terpojoknya kerajaan tersebut pada jurang kehancuran. Seiring dengan kemerosotan Majapahit, Demak yang dahulunya hanya sebuah desa kecil yang bernama Glagah Wangi, akhirnya dapat naik dan menggantikan posisi Majapahit sebagai kerajaan yang dapat mendominasi di segala sektor di Nusantara. 

photo

Pekerja membersihkan lumut yang tumbuh pada relief candi Tegowangi yang dibangun pada masa Kerajaan Majapahit, menggunakan lidi di Desa Tegowangi, Kediri, Jawa Timur, Selasa (21/2/2023). - (Antara/Prasetia Fauzani )

Kejayaan Demak mencapai puncaknya pada masa pemerintahan Sultan Trenggana (1521–1546). Di bawah kepemimpinannya, Demak memperluas pengaruhnya di Jawa Tengah dan Timur, serta melakukan ekspedisi militer ke berbagai wilayah Nusantara. Keberhasilan ekspansi Demak menjadikannya sebagai pusat kekuasaan dan perdagangan Islam terbesar di Jawa pada saat itu.

Namun, kejayaan Demak tidak berlangsung lama. Setelah wafatnya Sultan Trenggana, terjadi konflik internal di antara para pewaris tahta yang menyebabkan perpecahan. Perebutan kekuasaan antara Pangeran Sekar Seda Lepen dan Pangeran Sunan Prawoto semakin melemahkan kekuatan Demak. Akhirnya, Kesultanan Demak runtuh dan digantikan oleh Kesultanan Pajang yang dipimpin oleh Jaka Tingkir (Sultan Hadiwijaya), salah satu panglima Demak yang berhasil merebut kekuasaan.

Meskipun Demak hanya bertahan sekitar satu abad, pengaruhnya dalam penyebaran Islam di Jawa sangat besar. Masjid Agung Demak, yang didirikan oleh Raden Patah, masih berdiri hingga saat ini sebagai simbol kejayaan Islam di Jawa. Selain itu, tradisi-tradisi Islam Jawa banyak dipengaruhi oleh kebudayaan yang dibangun oleh Kerajaan Demak.

Dengan demikian, Kerajaan Demak bukan hanya sekadar pewaris wilayah Majapahit, tetapi juga sebagai pelopor penyebaran Islam di Jawa yang mengubah wajah budaya dan agama di wilayah tersebut. Meskipun berakhir dengan cepat, jejak-jejak pengaruh Demak masih terasa dalam kebudayaan Jawa hingga sekarang.Rol

No comments: